Rusia Mengadili 5 Jurnalis Asing Saat Meliput Diwilayah Perang

Ilustrasi perang Rusia-Ukrania (Photo: Ist)

Belgia, Sinarpagibaru.com-Pihak keamanan Rusia telah memeriksa dan mengadili 5 5 jurnalis asing yang sedang melakukan tugas peliputan diwilayah konflik perang Rusia-Ukrania.  Pada 22 Agustus, dinas keamanan Rusia melakukan penyelidikan kriminal terhadap reporter Inggris. Serta editor Keamanan Internasional CNN, Nick Paton Walsh.  Penyelidikan tersebut menyusul penilaian hukum atas materi visual yang diduga membuktikan keberadaan reporter Inggris diwilayah Sudzha.

Paton Walsh bukan satu-satunya jurnalis asing yang dituntut oleh otoritas Rusia karena meliput serangan lintas batas Ukraina di wilayah Rusia. Koresponden Ukraina Olesya Borovik, yang bekerja untuk televisi My-Ukraina, dan Diana Butsko, yang melaporkan untuk situs berita lokal Hromadske, juga dituntut berdasarkan tuduhan yang sama.

Lima hari sebelumnya, pada 17 Agustus, Kantor Berita Rusia TASS melaporkan bahwa dinas keamanan negara FSB telah memulai kasus pidana sehubungan dengan tuduhan melintasi perbatasan secara ilegal terhadap reporter Italia Stefania Battistini dan Simone Traini, yang mengambil rekaman video di Sudzha, wilayah Kursk di Rusia. Awak media Italia, yang bekerja untuk lembaga penyiaran publik RAI di bawah pengawalan militer Ukraina, adalah orang pertama yang melaporkan serangan Ukraina di wilayah Kursk yang dimulai pada 6 Agustus.

Baca Juga :  PBB Bahas Agenda Konferensi Perubahan Iklim di Azerbaijan

Jika terbukti bersalah, para wartawan tersebut bisa menghadapi hukuman 5 tahun penjara, menurut KUHP Rusia. FSB mengumumkan bahwa jurnalis yang dituntut akan segera dimasukkan ke dalam daftar orang yang dicari internasional.

Stasiun penyiaran publik Italia RAI menayangkan laporan TV pada 14 Agustus yang menunjukkan koresponden mereka mengemudi di wilayah tersebut ditemani oleh militer Ukraina. Setelah siaran tersebut, ancaman penuntutan terhadap kedua jurnalis Italia tersebut membanjiri media Rusia dan mendorong perusahaan media mereka, RAI, untuk memaksa para jurnalis tersebut “kembali sementara ke Italia, semata-mata untuk memastikan keselamatan dan keamanan pribadi”. Battistini dan Traini tiba dengan selamat di Milan, Italia, pada 18 Agustus. (sumber: ifj.org)

Baca Juga :  Dibawah Rezim Taliban, Kebebasan Pers di Afganistan Semakin Terancam

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *