Kanada, Sinarpagibaru.com– Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan, bahwa situasi di jalur Gaza Palestina saat ini sedang memprihatikan. Pasalnya, wilayah pasca gencatan senjata dengan negara Israel ini sudah 11 hari belum mendapatkan bantuan logistik untuk bantuan kemanusiaan. Padahal, dalam kesepakatan senjata tersebut sudah melewati 6 minggu. Jadi, sudah semestinya program kemanusiaan harus segera terealisasikan.
Stephane Dujarric perwakilan PBB menyampaikan bahwa relawan kemanusiaan PBB di jalur Gaza menyampaikan sudah 11 hari tidak ada bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza. Sehingga target kemajuan penting yang dicapai selama enam minggu pertama gencatan senjata terus terhambat di Jalur Gaza,” ucapnya dalam konferensi pers, di Hamilton, Kanada, Rabu (12/3/2025).
Kata dia, masyarakat di jalur Gaza memang sedang membutuhkan makanan, air, layanan medis, dan kebutuhan vital lainnya yang layak dan cukup. Termasuk bantuan sistem kesehatan juga masih sangat minim, terutama di wilayah utara.
“Di provinsi Gaza Utara, hanya 16% titik layanan kesehatan yang berfungsi baik secara penuh maupun sebagian,” katanya.
Kemudian, kondisi dalam pengelolaan limbah padat juga sedang memprihatinkan. Ia memperingtakan, kalau tidak ada pengelelolaan sampah yang baik, maka menciptakan kondisi yang tidak baik. Serta menimbulkan penyakit dan risiko kesehatan masyarakat di Jalur Gaza.
“Rekan-rekan kami telah mencatat adanya pengelolaan limbah medis infeksius yang tidak memadai, begitu pula campuran limbah padat dengan serpihan yang terkontaminasi bahaya peledak,” tambahnya.
Dujarric mengatakan berbagai upaya sedang dilakukan untuk memindahkan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara, tetapi ruang semakin menipis. Menyoroti peringatan oleh tim pembersihan ranjau tentang bahaya persenjataan yang belum meledak, Dujarric mengatakan tahun ini, 3 orang tewas dan hampir 40 orang terluka dan 18 ledakan.
Terkait masalah pendidikan, Dujarric mencatat beberapa kemajuan. Diantaranya, sejak adanya kesepakatan gencatan senjata, PBB telah mendirikan lebih dari 200 ruang belajar sementara. Sehingga totalnya menjadi lebih dari 630, ruang untuk mendukung lebih dari 170.000 anak.
“Hingga kemarin, 60% dari seluruh anak usia sekolah di Gaza memiliki akses ke beberapa bentuk pembelajaran, baik di sekolah maupun di tempat sementara,” tandasnya. (AH/red)
Tinggalkan Balasan