Pakistan, Sinarpagibaru-Nasib Abdul Latif Baloch seorang jurnalis Pakistan yang meninggal akibat dibunuh sampai hari ini belum ada titik terang. Ia mati ditembak yang diduga oleh kelompok milisi yang didukung negara, didalam rumahnya pada 24 Mei 2024, di Provinsi Balochistan, Pakistan Barat Daya. Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) dan afiliasinya, Persatuan Jurnalis Federal Pakistan (PFUJ), mengutuk keras pembunuhan tersebut.
Serta meminta pihak berwenang, segera menyelidiki dan menegakkan hak jurnalis untuk bekerja tanpa takut ada ancaman, kekerasan dan intimidasi. Kronologinya, Baloch ditembak 4 kali di depan istri dan anak-anaknya. Pelaku pembunuhan tersebut ada pria bersenjata masuk ke dalam rumah. Menurut seorang pejabat senior polisi, para penyerang mencoba menculiknya. Namun ketika Baloch melawan, mereka menembaknya hingga tewas di tempat.
Meskipun para penyerang belum diketahui indentitasnya, kelompok hak asasi manusia (HAM) yang membela Baloch, melaporkan pelaku pembunuhan anggota milisi yang didukung pemerintah. Hal ini sebagai bagian dari kampanye “bunuh dan buang”, dengan militer dan badan intelijen Pakistan. Dimana target sasarannya adalah jurnalis, aktivis, dan intelektual di provinsi Balochistan yang sedang dilanda konflik .
Baloch dikenal jurnalis terkemuka yang berafiliasi dengan media Daily Intekhab, AAJ News, dan ARY News. Selama ini ia menjadi sasaran musuh pemerintah, karena liputannya yang selalu kritis terhadap pelanggaran HAM, kekerasan militer terhadap masyarakat sipil. Ia juga dikenal sosok jurnalis yang sering melaporkan tentang penghilangan paksa, pembunuhan masyarakat sipil diluar hukum.
Menurut keterangan polisi, penyelidikan atas kasus pembunuhan ini sudah dilakukan, tapi belum ada tindakan penangkapan terhadap pelaku. Kasus pembubuhan ini terjadi setelah pembunuhan putra tertua wartawan tersebut, Saif Baloch, yang dilaporkan diculik dan dibunuh bersama 3 anggota keluarga lainnya pada Februari lalu. Kasus ini masih menunggu penyelidikan oleh pihak berwenang.
Komite Baloch Yakjehti, kelompok HAM yang berpusat di Balochistan, mengatakan pembunuhan itu diatur untuk “menghapus identitas Baloch dan membungkam semua yang melawan. Mereka menyerukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi pers internasional segera bertindak atas kejahatan terhadap komunitas Balochistan.
Kebebasan Pers Asia Selatan IFJ 2024-25, membeberkan kasus pelanggaran hak media di kawasan tersebut sejak 1 Mei 2024 hingga 30 April 2025, mencatat 7 pembunuhan jurnalis di Pakistan, di tengah penurunan 6 peringkat dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025 ke peringkat 158. Pakistan adalah negara paling mematikan di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2024 menurut daftar tahunan jurnalis yang terbunuh milik IFJ. Dan IFJ mendesak kepada semua negara untuk mengadopsi Konvensi Internasional tentang Keselamatan dan Independensi Jurnalis dan Profesional Media. Tujuannya untuk memberikan perlindungan yang lebih besar bagi pekerja media dan jurnalisme dalam menghadapi meningkatnya kekerasan dan ancaman. (AAH/IFJ)
Tinggalkan Balasan