Sinarpagibaru.com – Isu pendidikan menjadi salah satu prioritas pemerintah, dengan kondisi rata-rata lama sekolah di Banten (2022) di angka 9,13 tahun. Kondisi ini menjadi dasar dibutuhkannya inovasi, ide serta inisiatif yang tepat untuk mengatasi tantangan pelayanan publik di sektor pendidikan yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkat pengangguran dan kesejahteraan warga, terutama orang muda sebagai usia produktif pencari kerja.
Asisten Deputi Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Insan Fahmi menjelaskan ketika pemerintah memiliki budaya untuk berinovasi, maka birokrasi tidak akan hanya berada pada comfort zone dan memberikan pelayanan secara business as usual. Melainkan, juga akan melayani dengan cara-cara baru yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Dari kompetisi ini, kami harapkan lahir ide-ide dari Aparatur Sipil Negara (ASN) muda, mahasiswa/i, praktisi/akademisi yang bisa membantu menjawab tantangan pelayanan publik yang ada. Kompetisi ide ini sekaligus bentuk partisipasi bermakna masyarakat, khususnya orang muda dalam upaya perbaikan layanan publik agar menjadi semakin prima,” ujarnya pada Roadshow #BeribuIde untuk Pelayanan Publik Prima di Banten, Selasa (09/05).
Pada kesempatan yang sama Plt. Kepala Biro Organisasi dan Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi Banten Akhmad Thamrin mengungkapkan pentingnya bagi pemerintah untuk membuka ruang seluas-luasnya untuk partisipasi dari berbagai lapisan masyarakat terutama anak muda. “Penyelenggaraan pemerintah yang didorong untuk adanya kolaborasi _pentahelix_, termasuk dengan akademisi dan masyarakat adalah sebuah keniscayaan,” ungkapnya.
Roadshow #BeribuIde Banten mencakup sesi diskusi publik yang bertajuk “Warga Sedulur, Mari Beri Inovasi untuk Pendidikan di Banten”. Dalam diskusi, hadir beberapa panelis yang berbagi mengenai kondisi dan tantangan terkait pendidikan.
Panelis yang hadir adalah Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Ika Arinia Indriany dan founder dari Istana Belajar Anak Banten (ISBANBAN) Panji Aziz Pratama. Para panelis berbagi mengenai tantangan pelayanan publik di bidang pendidikan dan titik masuk ruang partisipasi yang harapannya dapat menjadi inspirasi bagi orang muda untuk mendapatkan ide dan inovasi dan berpartisipasi mengirimkan idenya ke dalam kompetisi ideathon.
Panji Aziz Pratama bercerita ide mendirikan gerakan ini sudah ia dapatkan sejak duduk di bangku SMA. Mulanya, program ISBANBAN hanya seputar pengelolaan Taman Baca dan Kegiatan Belajar-Mengajar oleh relawan di akhir pekan.
Namun pada tahun 2015, Panji terpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih. Dua tahun kemudian, terealisasikanlah cita-citanya memberikan beasiswa sekolah untuk anak-anak desa.
“ISBANBAN lahir dari hasil dari kekhawatiran bahwa kalau kita diam saja, ini tidak akan berubah. Kita ingin bantu pendidikan, sebagai anak muda, kita bisa mulai dari hal yang dekat dengan kita,” ungkapnya.
Ideathon menjadi ajang penjaringan ide orang muda berusia 18-35 tahun di seluruh Indonesia. Peserta dapat mengirimkan ide terbaiknya untuk membantu pemerintah daerah menjawab tantangan pelayanan publik. Selain itu, melalui kompetisi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya partisipasi orang muda dalam upaya mewujudkan pelayanan publik. (Gtg)