LIKUPANG BARAT, sinarpagibaru.com – Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan keindahan alam dan budaya. Dari keindahan pantai, gunung, laut, danau, pulau-pulau dan hutan mangrove, juga beraneka ragam keunikan flora dan fauna di Sulawesi Utara, sudah jelas tidak usah diragukan lagi.
Energi masyarakat Sulawesi Utara untuk memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif juga sangat kuat. Dan inilah yang sangat perlu untuk didukung.
Misalnya, untuk desa-desa wisata dibuat bagaimana model bisnis pariwisatanya bisa tertata bagus dan juga melibatkan semua orang serta instansi-instansi dengan kompak, supaya masyarakat bisa merasakan keuntungan dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Serta yang tak kalah penting, yaitu digitalisasi. Untuk itu harus diupayakan bagaimana supaya jaringan kuat dan wifi bisa diakses dengan mudah, bila perlu gratis sehingga promosinya juga bisa makin gencar melalui berbagai flatform digital.
Demikian dikatakan Hariyanto, Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kepada wartawan SPB yang mengunjungi Desa Palaes di kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
“Seperti Desa Palaes di Likupang, selain potensi budaya dan alam yang kaya subur juga indah, dirasakan energi masyarakatnya juga kuat untuk memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif. Palaes ini salah satu desa wisata di Indonesia, yang masyarakatnya Mapalus (gotong royong), dimana ada puluhan homestay ada di satu desa,” jelas Hariyanto.
Ditambahkan M. Tidar Hetsyaputra, Koordinator Infrastruktur fisik ekonomi Kreatif Kemenparekraf, model bisnisnya itu penting. Permasalahan di banyak desa wisata itu model bisnisnya dan harus ada penggeraknya supaya bagaimana caranya melibatkan semua orang supaya masyarakat mendapatkan keuntungan dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Tidak usah pusing mikir berapa jumlah atau kuantitas wisatawan yang datang. Misalnya homestay, bagaimana tamu nginepnya tidak harian, tapi bulanan,” ujar Tidar.
“Walaupun cuma 10 tamu, tapi misalnya bisa dapat 100 juta. Lebih baik daripada 100 tamu, tapi hasilnya cuma 10 juta,” ujar Tidar.
“Jadi bagaimana wisatawan betah dan lama stay nya. Tidak perlu macam-macam, yang penting bersih dan ramah, serta pembukuan juga harus rapi,” kata Tidar.
Lebih lanjut Tidar mengatakan, mengenai promosi, itu tinggal kasih fasilitas wifi gratis aja. otomatis itu promosi berjalan.
“Jadi engga usah mahal-mahal, cukup kasih fasilitas wifi gratis. Otomatis itu ada di Youtube, Tiktok Instagram, Facebook dan segala macamnya. Tinggal jaga konsistensi aja, yang penting bersih dan tiap hari posting,” tandas Tidar sambil mengatakan perlu juga Desa Palaes minta bantuan universitas-universitas untuk dilakukan pencatatan flora dan fauna di sini.
Sementara itu, Kepala Desa atau disebut Hukum Tua Desa Palaes, Jeini Grace Morong mengatakan, di sini kita bisa wisata Hutan Mangrove yang masih banyak padat pohon-pohonnya dan sangat luas sekitar 305 hektar. Juga bisa dilakukan kegiatan diving, snorkling, melihat hewan tarsius, air terjun, ada juga mata air yang bisa langsung diminum, wisata pulau Paniki dengan kelelawarnya dan wisata lain-lainnya.
Kunjungan wisatawan mancanegara, sekarang sudah sama seperti sebelum ada Pandemi Covid-19. Di sini ada puluhan homestay juga 10 pondok wisata, dan tamu-tamu yang datang dari Januari 2023 ada dari Inggris, Perancis, Jerman, Swedia dan Ceko, jelas Jeini Grace sambil mengatakan Palaes artinya selangkah maju pasti menang dan kami sangat berterima kasih atas bantuan yang sudah diberikan Kemenparekraf.
Ditambahkan Reinhard Samadi dari Apwisindo (Asosiasi Pondok Wisata Indonesia) yang ada pada kesempatan itu, “Kami mau bagaimana Palaes menjadi destinasi wisata internasional dan terkenal juga Hutan Mangrove nya di berbagai penjuru dunia. Jadi mari jo kita bersatu, Mapalus (gotong royong) memajukan Pariwisata Indonesia dan Sulawesi Utara pada khususnya, tegas Reinhard.
(Nando)