IFJ: Nyawa dan Keselamatan Jurnalis Terancam Selama Kerusuhan di Bangladesh

Pengunjuk rasa anti-pemerintah mengibarkan bendera nasional Bangladesh saat mereka menyerbu istana Perdana Menteri Sheikh Hasina di Dhaka pada 5 Agustus 2024 (Photo:Credit: K M Asad / AFP)

Bangladesh, Sinarpagibaru.com-Sheikh Hasina Perdana Menteri Bangladesh yang berkuasa selama total 20 tahun akhirnya mengundurkan diri pada 5 Agustus 2024. Setelah resmi menyatakan mundur, dia langsung meninggalkan negaranya ke Negara India. Salah satu alasan Sheikh Hasina mengundurkan diri, karena tidak mampu meredam kerusuhan sosial secara terus menerus di negaranya. Sehingga, korban masyarakat sipil yang meninggal dari kerusuhan ini diperkirakan mencapai 109 orang tewas.

Pasca Sheikh Hasina mengundurkan diri dari perdana menteri juga menimbulkan bentrokan  antara pengunjuk rasa yang menuntut pemecatannya dan pendukung partai berkuasa pada 4 Agustus lalu. Kerusuhan ini merupakan sejarah hari terburuk, karena banyak memakan korban nyawa selama aksi demontrasi di Bangladesh.

Dalam kerusuhan aksi Jurnalis Pradip Kumar Bhawmik termasuk di antara mereka yang dipastikan terbunuh ketika dia dan empat orang lainnya diseret dari kantor Pers Royganj di Distrik Sirajganj bagian utara negara itu. Menurut sumber saksi, mereka dipukuli oleh sekelompok penyerang tak dikenal. Selain itu, koresponden harian Khabarpatra adalah jurnalis keempat yang dipastikan terbunuh dalam gerakan protes tersebut. Hingga akhir Juli, setidaknya 160 jurnalis terluka menurut Persatuan Jurnalis Federal Bangladesh (BFUJ).

Serangan terhadap Bhawmik terjadi setelah bentrokan antara pengunjuk rasa dan aktivis Liga Awami yang berkuasa di depan kantor partai di kawasan Dhangara di Raiganj. Sekelompok pengunjuk rasa mengejar para pemimpin partai ke dalam kantor pers sebelum menyerang mereka yang berada di dalam, termasuk Bhawmik. Tiga orang tewas di lokasi kejadian, sedangkan Bhawmik terluka parah dan dipindahkan ke Kompleks Kesehatan Upazila, dimana ia meninggal saat dirawat.

Baca Juga :  Jurnalis Bakr al-Kassem Akhirnya Dibebaskan dari Pihak Otoritas Turki

Di ibu kota Dhaka, reporter surat kabar Business Standard Miraz Hossain dan Jahidul Islam juga diserang pada tanggal 4 Agustus oleh pendukung Liga Jubo, sayap pemuda Liga Awami. Pada tanggal 2 Agustus, Mithu Das Joy, Kepala Biro harian Kalbela ditembak tiga kali di Sylhet saat meliput protes, sebelum dibawa ke Rumah Sakit Mound Edora untuk perawatan.

IFJ mencatat setidaknya tiga jurnalis lainnya tewas dalam protes penuh kekerasan yang awalnya dimulai oleh mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota perekrutan pegawai negeri sipil pada akhir Juni. Dua jurnalis dibunuh pada 18 Juli, Shakil Hossain, dari surat kabar harian Bhorer Awaj, terbunuh saat meliput di Bhorer Awaj, Kota Gazipur, dan Mehedi Hassan terbunuh ketika dia ditembak di kepala saat meliput bentrokan antara penegak hukum dan mahasiswa yang melakukan protes. Dan aktivis di wilayah Jatra Bari selatan Dhaka. Kemudian, jurnalis Abu Taher Md Turab, yang berafiliasi dengan harian Jalalabad dan harian Naya Diganta, juga ditembak mati pada 19 Juli ketika polisi mulai menembaki prosesi di kota Sylhet di timur laut.

Menanggapi meningkatnya kerusuhan, pihak berwenang menerapkan jam malam nasional tanpa batas waktu pada tanggal 4 Agustus dan memerintahkan penutupan platform media sosial dan layanan internet seluler untuk jangka waktu tidak terbatas. Jam malam dicabut pada pada 6 Agustus setelah pengunduran diri Hasina, dan militer mengambil alih kendali negara tersebut dan mengumumkan pembentukan pemerintahan sementara hingga pemilu dapat diadakan.

Baca Juga :  Pulang Dari Saudi, Menag Pesan Jemaah Haji Siapkan Fisik dan Luruskan Niat

Sementara itu, Bangladesh Mofossal Sangbadik Forum (BMSF)  menyerukan kepada para pengunjuk rasa dan semua pihak terkait untuk memastikan keselamatan jurnalis yang bekerja di lapangan. Kami mengutuk serangan terhadap jurnalis di Dhaka, Kushtia, Rangpur, Patuakhali, dan Chattagram. Situasinya menjadi lebih buruk ketika para penyerang menyerang dan merusak transportasi media, memaksa beberapa saluran TV menarik jurnalisnya dari lapangan karena masalah keamanan.”

Sekretaris Jenderal IFJ Anthony Bellanger dalam keterangan tertulisnya mengatakan seiring dengan meningkatnya jumlah pembunuhan dan kekerasan terhadap media yang masih berlanjut di Bangladesh. Dia menegaskan pihak berwenang harus bertindak tegas melindungi keselamatan jurnalis. Serta memastikan impunitas tidak dibiarkan terjadi.

Selain itu, Anthony Bellanger mengatakan pembatasan akses telekomunikasi dan ancaman lain terhadap kebebasan informasi harus dihentikan, dan para pelaku kejahatan terhadap jurnalis, termasuk pembunuhan Pradip Kumar Bhawmik, harus diadili.

“Setelah pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina, IFJ menyerukan kolektif media dan serikat pekerja untuk terus membela pers selama ketidakstabilan politik di masa depan,” tutupnya,” (Sumber:IFJ/AH)

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *