Jakarta,Sinarpagibaru.com-Budi Santoso Menteri Perdagangan (Mendag) mengatakan, Kementerian Perdagangan mendorong upaya bersama dalam mendukung perdagangan yang seimbang dengan kebutuhan adaptasi dan mitigasi iklim. Peran perdagangan penting untuk memberikan akses terhadap tersedianya produk, bahan baku, dan teknologi, serta jasa yang diperlukan dalam mendukung perdagangan hijau dan berkelanjutan. Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antar kementerian untuk membangun kebijakan di level nasional yang seirama dan kondusif.
Hal ini ia sampaikan saat membuka dialog kebijakan tingkat tinggi, yaitu High Level Policy Dialogue – Action on Climate & Trade (ACT), Senin, (4/11) di Jakarta. Penyelenggaraan kegiatan ini adalah hasil kerja sama Kemendag, Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Forum Ekonomi Dunia (WEF). High Level Policy Dialogue ACT ini merupakan rangkaian kegiatan ACT Final Workshop yang berlangsung pada 4-8 November 2024.
“Untuk mendorong perdagangan yang seimbang dengan kebutuhan adaptasi dan mitigasi iklim, harus ada upaya bersama yang didukung kebijakan dari semua pihak. Kolaborasi dan sinergi antar kementerian sangat penting untuk membangun suatu kebijakan yang seirama dan kondusif,” ungkapnya.
Menurut Budi, High Level Policy Dialogue ini menjadi penting karena mendiskusikan prioritas masing-masing kementerian agar dapat sejalan dan mendukung visi Indonesia Emas 2045, terutama untuk mengatasi adaptasi dan mitigasi perdagangan terhadap perubahan iklim.
”Indonesia memiliki visi menuju Indonesia Emas 2045 sebagai negara maju dan berpendapatan tinggi dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Untuk itu, dukungan dan ekspansi sektor perdagangan sangat penting dalam mencapai tujuan tersebut,” urainya.
Namun demikian, lanjut Budi, isu geopolitik, geoekonomi, dan perubahan iklim menjadi tantangan tersendiri.
“Kita harus mampu mengubah tantangan menjadi peluang yang dapat memberikan nilai tambah dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tegas Budi.
Selain itu, ia juga menyampaikan, dalam menghadapi perubahan iklim, penting bagi Indonesia untuk memahami situasi yang dihadapi dan tujuannya di masa depan. Hal ini karena perubahan iklim akan berdampak terhadap berbagai sektor perdagangan. Dengan demikian, Indonesia dapat merumuskan kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Indonesia harus mampu beradaptasi, memitigasi perubahan iklim, serta melindungi masyarakat dengan memberikan masa depan dan kualitas hidup yang lebih baik. Perdagangan adalah solusi untuk menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan tersebut,” jelasnya.
Mendag Budi mengapresiasi tim ACT yang telah mendukung Indonesia dalam mengembangkan sejumlah rekomendasi kebijakan komprehensif. Ia pun mengapresiasi seluruh tamu dan peserta yang hadir pada kegiatan tersebut.
“Kehadiran Bapak dan Ibu hari telah menunjukkan keinginan untuk berkolaborasi, untuk beraksi bersama, ‘to act together’ dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Semoga dialog hari ini dapat menjadi jalan untuk memperluas perspektif serta membangun kebijakan yang lebih sinergis dan kondusif untuk perdagangan dan perubahan iklim,” katanya.
Hadir sebagai narasumber pada dialog ini, yaitu Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral Mari Elka Pangestu; Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Amalia Widyasanti; Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Ari Satria; Direktur Pengembangan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Tri Purnajaya; serta Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Yose Rizal Damuri dengan moderator Rahma Alia. (AH)